Gunung Tampomas adalah salah satu gunung di Jawa Barat
yang terletak di Kabupaten Sumedang. Taman Wisata Alam Gunung Tampomas masuk
Kecamatan Buahdua, Congeang, Sidang kerta dan Cibereum Kabupaten Sumedang.
Keadaan Taman Wisata ini bergunung-gunung dengan ketinggian antara 625-1.685
meter di atas permukaan laut dan seluas 1 Ha. Menurut klasifikasi Schmidt dan
Ferguson, iklim di gunung Tampomas temasuk iklim tipe B dengan curah hujan
rata-rata 3.158 mm per tahun. Puncak Gunung Tampomas disebut Sangiang Taraje.
Lokasi ini sangatlah keren karena dari puncak kita bisa melihat pemandangan
alam yang indah ke arah Sumedang dan sekitarnya. Ada juga lubang-lubang bekas
kawah dan batu-batu besar berwarna hitam yang menambah keindahan lokasi ini
bagi yang bisa melihatnya. Badan gunung ini dikellingi oleh 5 kecamatan
(Cimalaka, Paseh, Conggeang, Buahdua dan Tanjungkerta). Masing-masing kecamatan
memiliki air terjun dan beberapa mata air. Keistimewaan dari wilayah Sumedang
ini adalah mempunyai sebuah gunung yang nunggal jadi tidak heran kalau Gunung
Tampomas itu sangat dikeramatkan. Asal nama Sumedang adalah Su -Medang-Larang.
Su berarti bagus, sae, elok. Medang berarti wilayah yang bersinar, tempat yang
bercahaya, terang, caang, madangan. Larang berarti mahal, tiada bandingannya.
Gunung tersebut merupakan gunung yang
paling tinggi di bumi Sumedang, menyimpan mitos yang belum terungkap. Kisah
yang telah diwariskan secara turun temurun menuturkan Gunung tersebut ratusan
tahun dipandang sebagai tempat kekuatan gaib. Orang pertama yang menginjakan
kaki di gunung tersebut adalah Prabu Sokawayana (putra Prabu Guru Haji Adji
Putih) yang kedua, atau adik kandung Prabu Tadjimalela. Beliau mengadakan
perjalanan keliling ke daratan tinggi tersebut atas perintah ayahnya agar
memperluas wilayah pemukiman di sekitar kaki gunung tersebut. Kemudian
mendirikan Medang Kahiyangan artinya tempat ngahiyang atau tilem. Dalam
perkembangannya tempat tersebut disucikan menjadi tempat keramat yang memiliki
kekuatan gaib. Bagi seseorang yang menyempurnakan ilmu disitu akan mampu
ngahiyang atau hilang tanpa bekas. Memasuki abad ke-XVIII, gunung tersebut akan
meletus bahkan penduduk di sekitarnya diguncang gempa. Pangeran Sumedang datang
ke gunung tersebut untuk melakukan deteksi kebatinan, dengan menancapkan keris
pusaka Kujang Emas ditengah-tengah puncaknya. Kemudian setelah itu dari perut
gunung mengeluarkan aip panas yang mengalir ke kawasan Conggeang dan
sekitarnya.Sejak itu pula gunung tersebut dikenal dengan Gunung Tampomas,
diambil dari perkataan “tanpa kujang emas) akan meletus.
Semula gunung Tampomas bernama
gunung Gede dan sebelumnya bernama gunung Geulis. Namun orang Indramayu yang
mengkeramatkan gunung tersebut menyebutnya dengan Gunung Tampomas. Tampomas berasal
dari kata Tampo Emas yang berarti yang menerima emas (berupa senjata pustaka
yang terbuat dari logam mas yang disebut dengan Pendok Mas yang disimpan di
Puncak gunung dengan cara supranatural agar gunung itu tidak meletus maka
alhasih Conggeang sebagai buangan gas dan air panas dari dalam perut gunung).
Menurut sejarah gunung Tampomas dulunya sering meletus dan berakibat masyarakat
sekitar gunung menderita.
Gunung Tampomas dihuni oleh
pelbagai jenis fauna seperti trenggiling, owa yang mukanya berwarna hitam,
lutung dan monyet biasa. Ada juga Harimau Lodaya, Harimau Kumbang, Harimau
Tutul, Meong Congkok, Landak, berbagai jenis ular dan kaljengking.Adapun flora
yang ikut menghuni gunung ini seperti Jamuju, Rasamala, dan Saninten.